Di taman Belakangku dan dikolam depan, aku menanam beberapa tanaman hias.
Sebelumnya dari kecil hingga aku menikah, belum pernah aku menanam sesuatu. Paling hanya melihat tanaman orang tuaku saja, yang sering mati.
Jadi untuk menanam tanaman hias ini, aku butuh effort, yang bagiku itu adalah effort yang luar biasa, karena harus memikirkan caranya, Bagaimana tanaman ini agar tidak mati, berbunga dan berbuah. Semua penanaman, cangkul-mencangkul, ngorek-ngorek tanah, itu semua kulakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Jadi untuk menanam tanaman hias ini, aku butuh effort, yang bagiku itu adalah effort yang luar biasa, karena harus memikirkan caranya, Bagaimana tanaman ini agar tidak mati, berbunga dan berbuah. Semua penanaman, cangkul-mencangkul, ngorek-ngorek tanah, itu semua kulakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Setiap tanaman hias dirumahku memiliki kisah sendiri karena aku merawatnya penuh dengan cinta kasih dan perjuangan dan memiliki asal usulnya yang jelas, dari ngambil dirumah orang, dikasih tetangga, beli, bahkan ambil di daerah umum.
Tetapi kalau tanaman beli kebanyakkan mati. Kalo tanaman yang "ngambil" justru awet.
Makanya udah malas beli, kalo kgk benar-benar ngebet, diusahakan tidak membeli.
Inilah adalah foto 4 tanaman yang aku ambil di kebon binatang ragunan. Waktu mengambil tanaman ini, sempat ada satu tanaman ketika selesai aku cabut, terdengar bunyi teriakan melengking yang sempat membuat bulu kudukku merinding. Sebenarnya suara melengking itu dari monyet.
Dan ketika aku hendak pulang, tiba-tiba anakku jatuh, dan kepalanya mengeluarkan darah yang banyak. Sempat berpikiran kalo yang 'empunya' ragunan marah, soalnya aku ngambil tanamannya tanpa ijin. Sempat ngeri-ngeri juga..... dan merasa bersalah, tetapi aku tepis semua pikiran ini, dengan iman didada, bahwa "roh yang ada didalamku lebih kuat dari pada dunia ini", kalau g kembaliin berarti g kalah dong. No....Way....... Aku tetap meneruskan perjuanganku.
Ini adalah kisah keempat tanaman itu
Foto yang pertama
Kalau tidak salah namanya sansivera hijau (aku namain sendiri soalnya mirip sansivera tapi warnanya hijau). Tadinya cuma satu batang, itu aja aku saat mencabutnya agak ribet, soalnya akarnya kuat banget, terus kagak ada yang tunas, jadi daunya lumayan panjang. Tadinya udah mau membatalkan untuk mengambil, tapi aku meneguhkan hati. Aku cabut juga walaupun agak susah.
Itu membawanya dari ragunan, lumayan ngeri...... juga soalnya takut ketahuan dan ditegor. Tapi untunglah aman-aman saja.
Aku ambil karena kupikir untuk melengkapi koleksi sansiveraku. Kan.....ada yang kuning, sekarang ada temannya yang hijau
Foto yang kedua,
namanya tidak tahu. Tanaman ini bisa merambat, bahkan bisa merambat di dingding. Benar-benar akarnya nempel di dingding. Tadinya aku tanam dari daunnya hanya 3 lembar, dan hampir mati beberapa kali tapi tidak mati.
Rencananya aku biarkan sampai banyak memenuhi tanah disekitarnya, bahkan sampai dingding kalau bisa.
Tapi ternyata susah, karena anjing tetanggaku suka masuk kerumah dan guling-gulingan disana, sehingga mati melulu dan yang lebih parahnya lagi jarang aku siram karena kupikir ini bisa tumbuh sendiri, ternyata pada kenyataannya harus disiram juga. Begitu aku sadar, aku siram setiap hari, makanya sekarang agak kelihatan lebat.
Foto yang ketiga
Kagak tahu namanya. Waktu pertama kali aku mengambilnya, itu kecil banget. Aku ingin menanamnya karena dirumah udah ada temannya, tapi dengan corak yang berbeda
Sebenarnya tetangga juga punya, tinggal minta doang.... tapi malas mintanya, pengen 'nyolong' takut dosa, akhirnya ambil aja diragunan, kan kagak ada yang punya, tumbuh liar.
Foto yang keempat.
Kalau tidak salah namanya tali putri. Itu aja aku tahu dari buku biologi anakku yang kelas 2 Sd. Aku pelihara karena memiliki warna yang cukup menarik. Tadinya hanya bibitnya saja kecil, Daunnya 2 lembar, lama-kelaman tumbuhnya makin banyak (padahal jarang disiram), dan suka nempel di pohon belimbingku sampai keatas-atas. Tadinya aku biarkan saja. Setelah ku baca buku anakku, tertulis bahwa tanaman adalah parasit, suka menghisap tanaman induk semangnya. Membuat aku seram, lalu aku buang semua. aku cabut sampai keakar-akar, tapi ternyata masih tumbuh juga disekitar pohon belimbingku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar